PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT STRES PASIEN PENDERITA KANKER (Studi pada Pasien Kanker di Instalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, dan membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologi, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi ini dilakukan oleh p...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Ningrum, Nurma Eka Setiana
Format: Thesis
Language:English
Published: 2012
Subjects:
Dua
Online Access:http://eprints.umm.ac.id/28123/
http://eprints.umm.ac.id/28123/1/jiptummpp-gdl-nurmaekase-29363-1-pendahul-n.pdf
http://eprints.umm.ac.id/28123/2/jiptummpp-gdl-nurmaekase-29363-2-bab1.pdf
Description
Summary:Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, dan membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologi, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi ini dilakukan oleh perawat kepada pasien. Pasien kanker merupakan pasien yang cenderung memiliki tingkat kesembuhan yang relatif kecil. Hal tersebut yang menyebabkan pasien penderita kanker mengalami stres setelah terdiagnosa penyakit ini. Stres menyebabkan pasien akan mengalami kelemahan pada keadaan psikologinya sehingga dapat memperburuk keadaannya. Sehingga komunikasi terapeutik yang memiliki peran penyembuhan serta mengatasi gangguan psikologi untuk pasien ini sangat diperlukan dalam menangani stres pasien setelah terdiagnosa penyakitnya. Hingga akhirnya peneliti menarik sebuah rumusan masalah ada tidaknya pengaruh serta seberapa besar pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat stres pasien penderita kanker. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh serta besarnya pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat stres pasien penderita kanker Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini menggunakan teori communication competency diperkenalkan oleh Spitzberg dan Cupac. Menurut teori ini komunikasi akan efektif, artinya komunikan akan mengubah sikap jika komunikator mempunyai kompetensi : (1) pengetahuan tentang apa yang diinformasikan, (2) keterampilan berkomunikasi, dan (3) motivasi komunikasi yang dikemukakan oleh komunikator. Jika pengetahuan komunikator atas topik itu lengkap, komunikator terampil berkomunikasi dan ia menjelaskan motivasi komunikasi, ia akan mengubah sikap komunikan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian tipe asosiatif, hal ini dikarenakan penelitian menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Pengambilan sampel menggunakan tipe random sampling yang artinya semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Setelah observasi diketahui bahwa dari populasi yang ada, terdapat 39 responden yang memenuhi pertimbangan penelitian yaitu pasien kanker Instalasi Rawat Inap 1 Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar, pasien di Instalasi Rawat Inap 1 tanggal 22 Maret 2012 hingga 16 April 2012, dan masih bisa berinteraksi di Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Sehingga penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 39 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi, wawancara, dan observasi. Dalam analisis data untuk mengetahui adanya hubungan antara variable menggunakan regresi linier sederhana. Untuk menyatakan besar kecilnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y menggunakan rumus koefesien determinasi. Sedangkan untuk mencari makna hubungan dua variabel yang signifikan hubungan berlaku untuk semua populasi peneliti menggunakan rumus uji signifikasi korelasi product moment. Dan menggunakan skala pengukuran berupa skala likert. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh komunikasi terapeutik dikategorikan sebagai pengaruh yang sangat lemah. Dalam koefisien determinasi, menunjukkan komunikasi terapeutik perawat hanya berperan sebesar 0,1% dari semua aspek yang mendominasi sebesar 99.9% dari faktor lain. Faktor lain tersebut di duga yaitu lama perawatan di rumah sakit, dukungan keluarga, serta usia pasien. Berdasarkan analisis korelasi product moment sederhana (uji r) diketahui bahwa rhitung (0.034) < rtabel (0.316), dengan nilai probabilitas lebih kecil dari nilai sig 0.418 maka H0 di tolak dan H1 di terima. Ini artinya komunikasi terapeutik perawat berpengaruh namun tidak signifikan terhadap tingkat stres pasien penderita kanker. Sehingga pada peneliti untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan untuk mengambil pengaruh dari variabel lainnya terhadap tingkat stres pasien. mengingat kecilnya konstribusi komunikasi terapeutik dalam mempengaruhi tingkat stres pasien.