Sifat-sifat Allah SWT. dalam tafsir Al Kasysyaf dan Bahrul Muhith: Sebuah kajian komparatif

Kontroversi tentang Dzat Allah dan sifat-sifatnya di kalangan para Mutakallimin merupakan hal yang telah masyhur diketahui, terutama di kalangan para cendikiawan. Berawal dari hal itu penulis berusaha mencoba mengurai penyebab dari kontroversi tersebut, penulis berasumsi bahwa yang menjadi penyebab...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Rohmanudin, Deden
Format: Thesis
Language:Indonesian
Published: 2019
Subjects:
Dua
Online Access:http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/1/1_cover.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/2/2_abstrak.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/3/3_daftarisi.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/4/4_bab1.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/5/5_bab2.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/6/6_bab3.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/7/7_bab4.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/8/8_bab5.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/23772/9/9_daftarpustaka.pdf
Description
Summary:Kontroversi tentang Dzat Allah dan sifat-sifatnya di kalangan para Mutakallimin merupakan hal yang telah masyhur diketahui, terutama di kalangan para cendikiawan. Berawal dari hal itu penulis berusaha mencoba mengurai penyebab dari kontroversi tersebut, penulis berasumsi bahwa yang menjadi penyebab dari kontroversi di kalangan para mutakallimin adalah interpretasi terhadap teks (al Quran) yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penafsiran Al Zamaksyari dan Abu Hayyan mengenai ayat sifat Allah. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kualitatif dengan mengkomparasikan penafsiran Al Zamaksyari dan Abu Hayyan Al Andalusy tentang ayat sifat Allah. Tafsir Lughawi adalah sebuah penafsiran menggunakan pendekatan kebahasaan atau sebuah tafsir yang dalam proses penafsirannya menggunakan kacamata ilmu nahwu, sharaf maupun balaghah dan ilmu kebahasaan lainnya. Dari sekian banyak produk tafsir lughawi dua diantaranya yaitu tafsir Al Kasysyaf dan Bahrul Muhith. Dari penelitian yang dilakukan penulis menemukan beberapa hal di antaanya: Perbedaan kaidah kebahasaan menyebabkan makna penafsiran yang berbeda pula, perbedaan mazhab mufassir pun menyebabkan penafsiran yang berbeda pula, Al Kasysyaf dan Bahrul Muhith merupakan dua tafsir yang bercorak lughawi. Dalam hal ru’yatullah Zamakhsyari berpendapat Allah tidak bisa dilihat oleh makhluknya baik di dunia maupun di akhirat, ketika bertemu dengan ayat-ayat tajsim seperti yad dimaknai dengan kekuasaan, wajh dimaknai dengan Dzat, istiwa dengan merajai, mengenai kalamullah ia berpendapat bahwa Allah tidak berfirman secara langsung seperti kepada Nabi Musa, mengenai ayat sifat Allah seperti ‘Alim, Sami’, Bashir, Qadir bahwa itu semua adalah bukan sifat Allah karena Allah tidak memiliki sifat. Berbeda dengan Abu Hayyan, ketika beliau membahas ayat tentang ru’yatullah mengemukakan bahwa di akhirat kelak orang mu’min akan melihat Dzat Allah, yad dimaknai dengan nikmat, wajh dimaknai dengan hakikat dari segala sesuatu, kalamullah bahwa Allah benar-benar ...